Sampai kemarin kadang aku masih bertanya-tanya, apa itu
persahabatan sejati? Bukan karena aku tak tahu artinya, tapi karena aku
menyangsikan keberadaannya. Sering aku bertanya-tanya, dimana kalian
sahabat-sahabatku disaat aku membutuhkan kalian? Sering juga yang aku temui
justru orang lain, dan bukan keberadaan kalian di saat aku berharap kalian ada.
Sejujurnya, aku menjadi tak seyakin saat aku menjawab “Pasti!” Sembilan tahun
yang lalu, untuk sebuah pertanyaan yang sama, “Apakah kita akan menjadi sahabat
sejati selamanya?”
Sering aku
begitu merindukan waktu di mana kita bisa bersama-sama seperti dulu. I know, it sounds cheesy, but it is true.
Saat kita berbicara dari hati ke hati, saat kita membela dan menguatkan setiap
orang dari kita yang sedang dihadapi pada masalah, saat segalanya terasa begitu
mudah selama kita bersama. Sungguh, aku merindukan saat-saat itu.
Tapi aku
juga mengerti apabila suatu hari nanti, semua itu hanya akan menjadi kenangan
kita. Akupun mengerti apabila nantinya kita berkumpul hanya karena kenangan
masa lalu, karena manusia memang hidup dengan berpegang pada kenangan dan
takkan mungkin melepaskannya dengan melupakan. Namun jauh di dalam lubuk
hatiku, aku berharap kita berkumpul bukan hanya sekedar untuk mengenang. Aku
berharap ‘kita’ bukan sekedar kenangan.
Kemarin
malam ternyata aku mendapatkan jawabannya. Persahabatan sejati, mungkin itu
terlalu muluk, karena kita belum
sejati. Tapi saat kita semua mengusahakan untuk bertemu meskipun harus menunggu berjam-jam, lalu kita
bisa berbicara panjang lebar, melewati tahun-tahun yang terlewati tanpa kita,
melewati ketidaktahuan yang menumpuk, melewati segala batas profesi maupun
batas Negara, dan kembali menjadi kita yang dulu, bagiku itu sudah lebih dari
cukup.
Kupikir,
hanya sahabat sejati yang mampu untuk mengatakan terus terang kekhawatirannya
dan tetap mendukung apapun yang terjadi pada sahabat lainnya. Dan itulah yang
terjadi kemarin malam. Kita semua saling mendukung dengan cara kita masing-masing.
Aku mendengar suara hati dan kejujuran. Aku mendengar banyak kekecewaan,
kesedihan dan kekhawatiran.
Kurasa itu
sangat wajar dan bukankah saling menyakiti merupakan salah satu syarat utama
untuk bisa menjadi sahabat sejati? Karena semua tumpukan kekecewaan,
kesedihan, kekhawatiran dan sakit hati
itu, justru menunjukkan porsi yang terbesar untuk cinta dan perhatian. Itu
semua sangat jauh lebih dari cukup bagiku.dan kurasa kalian pun merasakan yang
sama.
Dua bulan
ini adalah dua bulan yang menyenangkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, karena dua orang
yang kurindukan pulang, dan dalam dua bulan ini ada banyak masa-masa
kebersamaan yang terlewati bisa sedikit terkejar.
Bohong kalau
kukatakan bahwa selama ini aku tak khawatir kita akan berubah termakan waktu
dan jaman. Bohong juga kalau kukatakan aku tak pernah kecewa dengan ketidak
adaan kalian dalam waktu dan sebagian hidupku. Tapi bohong juga apabila
kukatakan aku selalu menyediakan waktu untuk kalian. Kupikir, setiap individu
dari kita semua memang manusia-manusia
yang tidak sempurna, tapi kita berlima sempurna. Paling tidak begitu
menurutku.
Dari antara
semua kejadian di dalam hidupku, bersama
kalian adalah sesuatu yang tidak pernah membuatku menyesal dan kupikir, mungkin takkan bisa tergantikan.
Dulu, sekarang, dan semoga… sejati.
P.S : Aku
mengerti betapa sulitnya kita sekarang untuk memeluk satu sama lain.
Tapi aku
juga mengerti, betapa inginnya kita memeluk erat-erat satu sama lain. :)
Dan itu
cukup bagiku.
0 komentar:
Posting Komentar